Limbah Sasirangan dan Solusi Ramah Lingkungan Berbasis Tumbuhan Lokal
Sasirangan merupakan kain tradisional khas Kalimantan Selatan yang memiliki nilai budaya, ekonomi, dan sejarah yang kuat bagi masyarakat Banjar. Warna-warni yang indah pada kain ini dihasilkan dari proses pewarnaan menggunakan teknik celup ikat, yang kini umumnya menggunakan pewarna sintetis berbahan kimia.
Kain Sasirangan
Pencucian Kain Sasirangan di Sungai
Namun di balik keindahannya, proses produksi sasirangan menyisakan permasalahan lingkungan yang cukup serius, yaitu munculnya limbah cair berwarna yang dibuang langsung ke saluran air tanpa pengolahan.
Ketika zat-zat ini mencemari sungai, maka dapat terjadi perubahan warna air, gangguan pada kehidupan organisme air, bahkan potensi gangguan kesehatan bagi manusia. Fenomena ini tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga sosial dan budaya, terutama di wilayah yang sangat bergantung pada sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari.
Melihat dampak yang ditimbulkan, sangat diperlukan solusi pengolahan limbah yang tidak hanya efektif tetapi juga sesuai dengan kondisi lokal. Salah satu pendekatan yang terbukti ramah lingkungan adalah fitoremediasi, yaitu metode pemurnian air dengan menggunakan tanaman tertentu untuk menyerap atau Ilustrasi Desain Fitoremediasi. Di Kalimantan Selatan, tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) banyak ditemukan tumbuh liar di perairan. Tanaman ini dikenal mampu menyerap logam berat, mengurangi kadar zat berbahaya, dan memperbaiki kualitas air melalui mekanisme biologis alami.
Enceng Gondok
Oleh karena itu, memahami proses kimia yang terjadi dalam fitoremediasi, serta mengaitkannya dengan struktur dan sifat zat pencemar, menjadi langkah penting dalam merancang solusi berbasis ilmu pengetahuan yang relevan dengan konteks lokal.